Sabtu, 09 Juni 2012
Jumat, 08 Juni 2012
kisah nabi harun as
Nama: Harun bin Imran, istrinya bernama Ayariha
Garis Keturunan:
Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒ Ya'qub as ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Harun as
Usia: 123 tahun
Periode sejarah: 1531 - 1408 SM
Tempat diutus (lokasi): Sinai di Mesir
Jumlah keturunannya (anak): -
Tempat wafat: Gunung Nebu (Bukit Nabu') di Jordania (sekarang)
Sebutan kaumnya: Bani Israil dan Fir'aun (gelar raja Mesir)
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 20 kali
Harun bin Imran bin
Qahats bin Azar bin Lawi bin Yaakub bin Ishak bin Ibrahim. Beliau adalah
kakak Nabi Musa, diutus untuk membantu Musa memimpin Bani Israel ke
jalan yang benar.
Firman Allah: "Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebahagian rahmat Kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang nabi."
Harun dilahirkan empat tahun
sebelum Musa. Beliau yang fasih berbicara dan mempunyai pendirian tetap
sering mengikuti Musa dalam menyampaikan dakwah kepada Firaun, Hamman
dan Qarun. Nabi Musa sendiri mengakui saudaranya fasih berbicara dan
berdebat, seperti diceritakan al-Quran: "Dan
saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia
bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan) ku,
sesungguhnya aku kawatir mereka akan berdusta."
Nabi Harun hidup selama 123
tahun. Beliau wafat 11 bulan sebelum kematian Musa, yaitu sebelum Bani
Israil memasuki Palestina. Mengenai Bani Israel, mereka sukar dipimpin,
namun dengan kesabaran Musa dan Harun, mereka dapat dipimpin supaya
mengikuti syariat Allah, seperti terkandung dalam Taurat ketika itu.
Selepas Harun dan Musa meninggal
dunia, Bani Israel dipimpin oleh Yusya' bin Nun. Namun, selepas Yusya'
mati, lama-kelamaan mereka meninggalkan syariat yang terkandung dalam
Taurat, sehingga menimbulkan perselisihan dan perbedaan pendapat,
akhirnya menyebabkan perpecahan Bani Israel.
Pengutusan Nabi Harun
Riwayat Nabi Harun tidak
terpisahkan dengan Nabi Musa, dan dakwahnya dilakukan bersama dengan
Musa, karena tugas Nabi Harun untuk membantu Nabi Musa dalam berdakwah.
Pada masa Nabi Yusuf, sekelompok
bani Israil telah menetap di daerah Mesir setelah bermigrasi dari
negeri Kan'an. Mereka adalah pemeluk agama tauhid yang berpegang teguh
pada agama Nabi Ibrahim, berbeda dengan para fir'aun yang menyembah
patung dan berhala. Seiring kemajuan zaman, petumbuhan bani Israil pun
berkembang pesat.
Para fir'aun khawatir jika
mereka mencampuri urusan politik dan agama kehidupan masyarakat Mesir.
Akhirnya, mereka menyiksa bani Israil dengan siksaan yang pedih. Hal ini
terekam dalam firman Allah, "(ingatlah)
ketika Kami selamatkan kamu dari (Firaun) dan pengikut-pengikutnya;
mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya. Mereka
menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu
yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang
besar dari Rabbmu," (QS. Al-Baqarah [2]: 49).
Ditengah kesulitan yang dialami
bani Israil, Allah berkehendak atas kelahiran Musa. Sang ibu pun
menyembunyikan kelahirannya, sebagaimana firman Allah, "Dan
kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu
khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami
akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari
para rasul," (QS. Al-Qashash [28]: 7).
Janji Allah untuk untuk menjaga
bayi ini pun terbukti. Fir'aun memperbolehkan istrinya mencari seorang
ibu yang mau menyusui bayi tersebut. Dia pun menemukan ibu Musa dan
menyuruhnya agar menyusui sang bayi.
Musa dibesarkan di lingkungan
istana Fir'aun, di tangan para dukun dan pemuka-pemuka agama mereka.
Ketika dewasa, Allah memberinya ilmu dan hikmah. Pada suatu hari, ada
orang Mesir yang mengejek dan memaksa seseorang bani Israil melakukan
suatu pekerjaan untuknya. Orang bani Israil itu lantas meminta
pertolongan Nabi Musa. Dia pun menolongnya dan memukul orang Mesir itu,
dan tanpa sengaja orang itu mati.
Pada hari berikutnya, orang bani
Israil kembali berkelahi dengan orang Mesir yang lain. Orang bani
Israil itu lantas meminta pertolongan lagi kepada Nabi Musa. Akan tetapi
Nabi Musa malah membentak dan memarahi orang Israil itu karena
seringnya dia berbuat buruk. Orang Israil itu mengira Musa akan
membunuhnya. Dia pun segera bertanya, "Apakah engkau ingin membunuhku seperti orang Mesir kemarin?"
Mendengar cerita pembunuhan itu,
orang Mesir tersebut segera menemui kaumnya dan menceritakan apa yang
terjadi. Fir'aun pun segera mengirim pasukan mencari Musa untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun, salah seorang yang
menyayangi Musa segera memberi tahunya setelah mendengar sesuatu yang
terjadi di istana Fir'aun. Dia menyuruh Musa pergi meninggalkan bahaya
ancaman Fir'aun. Musa pun pergi meninggalkan Mesir menuju Madyan, daerah
di bagian barat laut Jazirah Arab.
Di Madyan, Musa tinggal di rumah
orang tua yang beriman, yaitu Nabi Syuaib. Setelah orang tua itu (Nabi
Syuaib) melihat keluhuran akhlak dan tanggung jawab Musa yang sangat
tinggi, dia lalu menikahkan Musa dengan salah satu putri beliau. Musa
kemudian ingin kembali ke mesir setelah beberapa lama tinggal di Madyan.
Ketika sampai di Bukit Tursina,
Musa tersesat. Tibalah waktu malam saat Allah hendak memberikan tugas
kenabian dan wahyu kepadanya. Pada saat itu, malam terasa dingin dan
Musa melihat cahaya api dari kejauhan. Dia lantas menyuruh keluarganya
agar tidak meninggalkan tempat mereka karena dia ingin pergi mencari
sedikit api untuk penerangan. Tatkala dia sampai ke tempat api tersebut,
Allah berfirman kepadanya, "Sungguh, Aku ini
Allah, tidak ada ilah selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah
shalat untuk mengingat-Ku," (QS. Thaha [20]: 14).
Hal itu kemudian menjadi tanda
awal kenabian Musa sebagai Kalimullah. Permintaan Musa pun dikabulkan
dan Allah mengutus pula saudaranya, Harun sebagai pendampingnya.
Allah memerintahkan mereka
berdua (Musa dan Harun) agar bertutur lemah lembut saat memperingatkan
Fir'aun. Selain itu, mereka juga diperintahkan untuk mengatakan kepada
Fir'aun, "Kami adalah utusan Rabb alam
semesta kepadamu. Lepaskanlah bani Israil dan jangan siksa mereka.
Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk."
Pada saat itulah kesombongan menguasai Fir'aun hingga dia berkata kepada Musa, "Bukanlah kami yang mengasuhmu sewaktu kecil?1"
Dia pun menyebutkan berbagai kebaikannya terhadap Musa, bahkan mulai
mengejek dan menuduh Nabi Musa dan Nabi Harun melakukan sihir. Fir'aun
lalu memerintahkan tukang sihirnya untuk menghadapi mereka berdua. Ahli
sihir Fir'aun pun berdatangan dan melemparkan tali-tali mereka dan
menyihirnya menjadi ular untuk menandingi Musa. Nabi Musa lantas
melemparkan tongkatnya yang kemudian berubah menjadi ular dan menelan
ular-ular mereka atas pertolongan Allah.
Melihat mukjizat itu, para ahli
sihir Fir'aun pun mengimani Musa dan syariat Allah yang dia bawa. Mereka
juga tidak memedulikan berbagai ancaman Fir'aun. Mereka semua berkata
seperti yang diabadikan al-Qur'an, "Sesungguhnya
kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni
kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami
melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal
(adzab-Nya)," (QS. Thaha [20]: 73).
Fir'aun lalu berencana membunuh
Musa dan Harun serta semakin keras menyiksa bani Israil. Nabi Musa
memerintahkan mereka untuk menguatkan jiwa dan bersabar. Dia kemudian
berdoa kepada Allah agar menurunkan adzab yang pedih kepada Fir'aun dan
kaumnya. Allah berfirman,"Maka Kami kirimkan
kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah (air minum berubah
menjadi darah) sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap
menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. )," (QS.
Al-A'raf [7]: 133).
Ketika Fir'aun dan kaumnya sudah
tidak berdaya dengan adzab dengan adzab yang menimpa mereka, dia pun
meminta kepada Musa agar berdoa kepada Allah untuk menghentikan siksaan
itu. Fir'aun kemudian berjanji tidak akan lagi menyiksa bani Israil.
Nabi Musa lantas memohon kepada Allah agar menghentikan siksaan itu dan
Allah pun mengakhirinya. Namun, Fir'aun ingkar janji, dan dia kembali
menyiksa bani Israil untuk kedua kalinya.
Sementara itu, bani Israil
berkumpul dan meminta kepada Nabi Musa dan Nabi Harun agar dia membawa
mereka keluar dari Mesir. Nabi Musa dan Nabi Harun pun membawa kaumnya
dan berangkat ke arah negeri Kan'an melewati Sinai. Fir'aun beserta bala
tentaranya mengejar mereka. Namun, Nabi Musa dan Nabi Harun beserta
kaumnya dapat menyeberangi laut dengan mukjizat yang telah Allah berikan
kepada Musa. Fir'aun dan pasukannya juga ikut menyeberang laut mengejar
mereka, tetapi Allah menenggelamkan Fir'aun beserta seluruh tentaranya.
Nabi Musa dan Nabi Harun serta
bani Israil tiba di padang pasir negeri Sinai. Setelah melihat banyak
perbedaan antara daerah itu dan negeri sungai Nil yang subur (Mesir),
mereka mengajukan berbagai permintaan kepada Nabi Musa. Nabi Musa telah
menerima Taurat. Di dalamnya terdapat beragam syariat samawiyah. Kaumnya
mulai menyeleweng, terlebih setelah Nabi Musa pergi untuk menerima
lembaran wahyu. As-Samiri telah mempengaruhi bani Israil untuk menyembah
anak sapi sehingga mereka meminta kepada Musa agar dibuatkan patung
untuk disembah.
Nabi Musa lantas marah dan
mengecam permintaan mereka. Dia ingin menjadikan sebuah pusat
pemerintahan untuk kaumnya. Dia kemudian pergi menuju kota Ariha
(Jericho), tetapi kaumnya tidak mau dan berkata seperti termaktub dalam
al-Qur'an, "Mereka berkata, 'wahai
Musa, sampai kapanpun kami tidak akan memasuki, selagi mereka ada di
dalamnya, karena itu, pergilah engkau bersama Rabbmu, dan berperanglah
kalian berdua, biarlah kami tetap (menanti) di sini saja,' " (QS.
Al-Ma'idah [5]: 24).
Di saat mereka menolak untuk
masuk negeri yang disucikan itu, Allah membalasnya dengan adzab. Mereka
pun tersesat di lembah Tih selama 40 tahun. Beberapa tahun setelah itu,
Nabi Harun wafat lalu disusul Nabi Musa. Setelah Nabi Musa wafat, bani
Israil baru merasakan buruk dan bodohnya perbuatan serta tingkah laku
mereka kepada Nabi Musa. Karena itu, mereka mengangkat Yusya' bin Nun
sebagai Raja. Dialah yang kemudian membawa mereka menyeberangi sungai
Jordan (asy-Syari'ah) menuju kota Ariha dan tinggal di sana.
kisah nabi syuaib as
kisah nabi syuaib as
Nama: Syu'aib (Syuaib) bin Mikail
Garis Keturunan:
Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Madyan ⇒ Yasyjur ⇒ Mikail ⇒ Syu'aib as
Usia: 110 tahun
Periode sejarah: 1600 - 1490 SM
Tempat diutus (lokasi): Madyan (di pesisir Laut Merah di tenggara Gunung Sinai)
Jumlah keturunannya (anak): 2 anak perempuan
Tempat wafat: Yordania
Sebutan kaumnya: Madyan dan Ashhabul Aikah
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 11 kali
Dakwah Nabi Syu'aib
Syu'aib (Shuayb, Shuaib, Shuaib, Syuaib) artinya "Yang Menunjukkan Jalan Kebenaran"
Allah mengutus Nabi Syu'aib
kepada penduduk Madyan yang berada di bagian barat laut Hijaz, tepatnya
di daerah al-Bada'. Allah berfirman, "Dan (Kami telah mengutus) kepada
penduduk Mad-yan saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, Tidak ada ilah (sembahan) bagimu selain-Nya.
Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka
sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi
manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang
beriman"."Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan
menakuti-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan
Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan
ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah
memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-A'raf [7]: 85-86).
Penduduk Madyan adalah
orang-orang pandai berdagang dan bertani. Hanya saja mereka sering
menipu dan licik dalam berinteraksi terhadap sesama. Jika membeli barang
milik orang lain, mereka minta agat takaran atau timbangannya
dilebihkan dari ukuran hak mereka. Sebaliknya, jika menjual, mereka akan
berlaku curang dan mengurangi timbangan atau takaran yang menjadi hak
orang lain.
Nabi Syu'aib melarang mereka
melakukan perbuatan tersebut dan mengingatkan akibat dari perbuatan
tercela itu. Namun, mereka tidak mengindahkannya sebagaimana disebutkan
dalam al-Qur'an, "Wahai nenek moyang
kami atau melarang kami mengelola harta kami menurut cara yang kami
kehendaki?. Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun
dan pandai." (QS. Hud [11]: 87).
Penduduk Madyan telah menempuh
jalan sesat, menyekutukan Allah, mengancam Nabi Syu'aib dan orang-orang
yang beriman dengan siksaan serta pengusiran. Hal ini sebagaimana
terekam dalam al-Qur'an, "Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri dari
kaum Sy'uaib "Sesungguhnya kami akan
mengusir kamu hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari
negeri kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami". Berkata Syuaib:
"Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak
menyukainya?" (QS. Al-A'raf [7]: 88).
Kemudian berlakulah Sunatullah
terhadap orang-orang yang zhalim setelah mereka tetap dalam kebatilannya
dan berada pada jalan yang sesat. Allah berfirman, "Pemuka-pemuka
dari kaumnya (Syu'aib) yang kafir berkata (kepada sesamanya):
"Sesungguhnya jika kalian mengikuti Syu'aib, tentu kamu jika berbuat
demikian (menjadi) orang-orang yang merugi'.Kemudian mereka ditimpa
gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam
rumah-rumah mereka, (yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu'aib
seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang
mendustakan Syu'aib mereka itulah orang-orang yang merugi. Maka Syu'aib
meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku telah
menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi
nasehat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap
orang-orang yang kafir?" (QS. Al-A'raf [7]: 90-93).
Lalu Allah mengutus Nabi Syu'aib
kepada Ashabul Aikah (Penduduk Aikah) di daerah Tabuk. Demikianlah
menurut riwayat sejarawan yang paling kuat. Allah berfirman,
"Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul; ketika Syuaib berkata
kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah
seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian. maka bertakwalah
kepada Allah dan taatlah kepadaku," (QS. Asy-Syu'ara [26]: 176-179).
Kata al-Aikah bermakna semak
belukar yang melilit pepohonan. Bentuk jamaknya adalah Aik. Mereka pun
mulai menyembah Aikah tersebut dan tidak menyembah Allah. Disamping itu,
mereka juga selalu berbuat curang dalam timbangan dan takaran. Nabi
Syu'aib selalu mengingatkan mereka tentang akibat dari perbuatan
tersebut, tetapi mereka selalu menentangnya. Kisah ini terekam dalam
firman Allah, "Mereka berkata:
"Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena
sihir, dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, dan
sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang yang
berdusta. Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu
termasuk orang-orang yang benar. Syu'aib berkata: "Tuhanku lebih
mengetahui apa yang kamu kerjakan".Kemudian mereka mendustakan Syu'aib,
lalu mereka ditimpa adzab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya
adzab itu adalah adzab hari yang besar. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan
mereka tidak beriman. Dan sungguh, Rabbmu Dialah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Penyayang ," (QS. Asy-Syu'ara [26]: 185-191).
Ringkasan Kisah Syu'aib
Syu'aib ditetapkan oleh Allah
untuk menjadi seorang nabi yang tinggal di timur Gunung Sinai kepada
kaum Madyan dan Aikah. Yaitu kaum yang tinggal di pesisir Laut Merah di
tenggara Gunung Sinai. Masyarakat tersebut disebut karena terkenal
perbuatan buruknya yang tidak jujur dalam timbangan dan ukuran. Mereka
menyembah berhala bernama Aikah, yaitu sebidang tanah gurun yang
ditumbuhi pepohonan.
Syu'aib memperingatkan perbuatan
mereka yang jauh dari ajaran agama, namun kaumnya menghiraukannya.
Syu'aib menceritakan pada kaumnya kisah-kisah utusan-utusan Allah
terdahulu yaitu kaum Nuh, Hud, Shaleh, dan Luth yang paling dekat dengan
Madyan yang telah dibinasakan Allah karena enggan mengikuti ajaran
nabi. Namun, mereka tetap enggan. Akhirnya, Allah menghancurkan kaum
Madyan dengan bencana.
Ketika berdakwah bagi kaum
Madyan, Nabi Syu'aib menerima ejekan masyarakat yang tidak mau menerima
ajarannya karena mereka enggan meninggalkan sesembahan yang diwariskan
dari nenek moyang kepada mereka. Namun, Syu'aib tetap sabar dan lapang
dada menerima cobaan tersebut. Ia tidak pernah membalas ejekan mereka
dan tetap berdakwah. Bahkan, dakwahnya semakin menggugah hati dan akal.
Dalam berdakwah kadang ia memberitahukan bahwa dia sebenarnya sedarah
dengan mereka. Hal ini memiliki tujuan agar kaumnya mau menuju jalan
kebenaran. Karena itulah ia diangkat menjadi rasul Allah yang diutus
bagi kaumnya sendiri. Nabi Syu'aib yang saat itu memiliki beberapa
pengikut, mulai mendapat ejekan kasar dari kaum lain. Bahkan ada yang
menganggapnya sebagai penyihir dan pesulap ulung.
Allah menimpakan azab melalui
beberapa tahap. Kaum Madyan pada awalnya diberi siksa Allah melalui
udara panas yang membakar kulit dan membuat dahaga. Saat itu, pohon dan
bangunan tidak cukup untuk tempat berteduh mereka. Namun, Allah
memberikan gumpalan awan gelap untuk kaum Madyan. Kaum Madyan pun
menghampiri awan itu untuk berteduh sehingga mereka berdesak-desakan
dibawah awan itu. Hingga semua penduduk terkumpul, Allah menurunkan
petir dengan suaranya yang keras di atas mereka. Saat itu juga Allah
menimpakan gempa bumi bagi mereka, menghancurkan kota dan kaum Madyan.
Makam Syu'aib terpelihara dengan
baik di Yordania yang terletak 2 km barat kota Mahis dalam area yang
disebut Wadi Syu'aib. Situs lain yang dikenal sebagai makam Syu'aib
terletak di dekat Horns of Hattin di Lower Galilee.
Kisah Syu'aib dalam Al-Qur'an
Di dalam Al-Quran, nama Syu'aib, disebutkan sebanyak 19 kali, yaitu :
Surat Al A’Raaf [7] : ayat 85, 88, 90, 92, dan 93.
Surat Huud (Hud) [11] : ayat 84, 85, 87, 88, 91, 92, dan 94
Surat Asy Syu'araa [26] : ayat 177, 188, dan 189
Surat Al-Qashash (Al-Qasas) [28] : ayat 25 dan 27
Surat Al-'Ankabuut (Al-'Ankabut) [29] : ayat 36 dan 37
Sejarah Singkat Bendera Merah Putih Indonesia
Dalam sejarah Indonesia terbukti, bahwa Bendera Merah Putih dikibarkan pada tahun 1292 oleh tentara Jayakatwang ketika berperang melawan kekuasaan Kertanegara dari Singosari (1222-1292). Sejarah itu disebut dalam tulisan bahwa Jawa kuno yang memakai tahun 1216 Caka (1254 Masehi), menceritakan tentang perang antara Jayakatwang melawan R. Wijaya.
Mpu Prapanca di dalam buku karangannya Negara Kertagama mencerirakan tentang digunakannya warna Merah Putih dalam upacara hari kebesaran raja pada waktu pemerintahan Hayam Wuruk yang bertahta di kerajaan Majapahit tahun 1350-1389 M. Menurut Prapanca, gambar-gambar yang dilukiskan pada kereta-kereta raja-raja yang menghadiri hari kebesaran itu bermacam-macam antara lain kereta raja puteri Lasem dihiasi dengan gambar buah meja yang berwarna merah. Atas dasar uraian itu, bahwa dalam kerajaan Majapahit warna merah dan putih merupakan warna yang dimuliakan.
Dalam suatu kitab tembo alam Minangkabau yang disalin pada tahun 1840 dari kitab yang lebih tua terdapat ambar bendera alam Minangkabau, berwarna Merah Putih Hitam. Bendera ini merupakan pusaka peninggalan jaman kerajaan Melayu Minangkabau dalam abad ke 14, ketika Maharaja Adityawarman memerintah (1340-1347). Warna Merah = warna hulubalang (yang menjalankan perintah) Warna Putih = warna agama (alim ulama) Warna Hitam = warna adat Minangkabau (penghulu adat) – Warna merah putih dikenal pula dengan sebutan warna Gula Kelapa. Di Kraton Solo terdapat pusaka berbentuk bendera Merah Putih peninggalan Kyai Ageng Tarub, putra Raden Wijaya, yang menurunkan raja-raja Jawa.
Dalam babat tanah Jawa yang bernama babad Mentawis (Jilid II hal 123) disebutkan bahwa Ketika Sultan Agung berperang melawan negeri Pati. Tentaranya bernaung di bawah bendera Merah. Sultan Agung memerintah tahun 1613-1645.
Di bagian kepulauan lain di Indonesia juga menggunakan bendera merah putih. Antara lain, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna merah putih sebagai warna benderanya , bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII.
Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.
Di jaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone.Bendera Bone itu dikenal dengan nama Woromporang.
Pada umumnya warna Merah Putih merupakan lambing keberanian, kewiraan sedangkan warna Putih merupakan lambang kesucian.
MERAH PUTIH DALAM ABAD XX
Bendera Merah Putih berkibar untuk pertama kali dalam abad XX sebagai lambang kemerdekaan ialah di benua Eropa. Pada tahun 1922 Perhimpunan Indonesia mengibarkan bendera Merah Putih di negeri Belanda dengan kepala banteng ditengah-tengahnya. Tujuan perhimpunan Indonesia Merdeka semboyan itu juga digunakan untuk nama majalah yang diterbitkan.
Pada tahun 1924 Perhimpunan Indonesia mengeluarkan buku peringatan 1908-1923 untuk memperingati hidup perkumpulan itu selama 15 tahun di Eropa. Kulit buku peringatan itu bergambar bendera Merah Putih kepala banteng.
Dalam tahun 1927 lahirlah di kota Bandung Partai Nasional Indonesia (PNI) yang mempunyai tujuan Indonesia Merdeka. PNI mengibarkan bendera Merah Putih kepala banteng.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 berkibarlah untuk pertama kalinya bendera merah putih sebagai bandera kebangsaan yaitu dalam Konggres Indonesia Muda di Jakarta. Sejak itu berkibarlah bendera kebangsaan Merah Putih di seluruh kepulauan Indonesia.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1945 mengadakan sidang yang pertama dan menetapkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
Dalam UUD 1945, Bab I, pasal I, ditetapkan bahwa Negara Indonesia ialah Negara kesatuan yang berbentuk Republik. Dalam UUD 1945 pasal 35 ditetapkan pula bahwa bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih. Dengan demikian , sejak ditetapkannya UUD 1945 , Sang Merah Putih merupakan bendera kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sang Saka Merah Putih merupakan julukan kehormatan terhadap bendera Merah Putih negara Indonesia. Pada mulanya sebutan ini ditujukan untuk bendera Merah Putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, saat Proklamasi dilaksanakan. Tetapi selanjutnya dalam penggunaan umum, Sang Saka Merah Putih ditujukan kepada setiap bendera Merah Putih yang dikibarkan dalam setiap upacara bendera.
Bendera pusaka dibuat oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno, pada tahun 1944. Bendera berbahan katun Jepang (ada juga yang menyebutkan bahan bendera tersebut adalah kain wool dari London yang diperoleh dari seorang Jepang. Bahan ini memang pada saat itu digunakan khusus untuk membuat bendera-bendera negara di dunia karena terkenal dengan keawetannya) berukuran 276 x 200 cm. Sejak tahun 1946 sampai dengan 1968, bendera tersebut hanya dikibarkan pada setiap hari ulang tahun kemerdekaan RI. Sejak tahun 1969, bendera itu tidak pernah dikibarkan lagi dan sampai saat ini disimpan di Istana Merdeka. Bendera itu sempat sobek di dua ujungnya, ujung berwarna putih sobek sebesar 12 X 42 cm. Ujung berwarna merah sobek sebesar 15x 47 cm. Lalu ada bolong-bolong kecil karena jamur dan gigitan serangga, noda berwarna kecoklatan, hitam, dan putih. Karena terlalu lama dilipat, lipatan-lipatan itu pun sobek dan warna di sekitar lipatannya memudar.
Setelah tahun 1969, yang dikerek dan dikibarkan pada hari ulang tahun kemerdekaan RI adalah bendera duplikatnya yang terbuat dari sutra. Bendera pusaka turut pula dihadirkan namun ia hanya ‘menyaksikan’ dari dalam kotak penyimpanannya.
Bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah berarti berani, putih berarti suci. Merah melambangkan tubuh manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan untuk Indonesia.
Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah dan putih mengandung makna yang suci. Warna merah mirip dengan warna gula jawa/gula aren dan warna putih mirip dengan warna nasi. Kedua bahan ini adalah bahan utama dalam masakan Indonesia, terutama di pulau Jawa. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna panji-panji yang digunakan adalah merah dan putih (umbul-umbul abang putih). Sejak dulu warna merah dan putih ini oleh orang Jawa digunakan untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian.
Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih sebagai lambang ayah, yang ditanam di gua garba. Dalam sejarah perjuangan kemrdekaan Indonesia, Bendera Pusaka tidak pernah jatuh ke tangan musuh, meskipun tentara kolonial Belanda menduduki Ibukota Negara Republik Indonesia.
Itulah artikel tentang sejarah bendera merah putih Indonesia, semoga bisa menambah wawasan sobat sekalian dan bisa membangkitkan rasa nasionalisme pada negeri kita tercinta Indonesia
kisah nabi daud as
kisah nabi daud as
Nama | Daud (Dawud, David) bin Isya |
Garis Keturunan | Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu'az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud as |
Usia | 100 tahun |
Periode sejarah | 1063 - 963 SM |
Tempat diutus (lokasi) | Palestina (dan Israil) |
Keturunannya (anaknya) | Sulaiman (Sulaeman) |
Tempat wafat | Baitul Maqdis (Yerusalem) |
Sebutan kaumnya | Bani Israil |
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak | 18 kali |
Daud (Dawud, DavÃd,
Dawit) adalah nabi sekaligus raja dalam kerajaan Israel (Bani Israil).
Daud merupakan keturunan Yahudza bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim
al-Khalil.
Nabi Daud adalah ayah dari Nabi Sulaiman, dan moyang dari Nabi Zakaria, Nabi Yahya, dan Nabi Isa.
Ketika
masih muda, Daud menyertai tentara Bani Israil di bawah pimpinan Thalut
melawan pasukan bangsa Palestina yang dipimpin Jalut (Goliath). Daudlah
yang berhasil membunuh Jalut, sehingga dipuji sebagai pahlawan perang.
Setelah Raja Thalut meninggal, Daud menggantikannya sebagai raja. Allah
mengangkat Daud sebagai nabi dan rasul-Nya. Kepadanyalah diturunkan
kitab Zabur. Beliau memiliki sejumlah mukjizat, kecerdasan akal,
mengerti bahasa burung, dan melembutkan besi hanya dengan menggunakan
tangan kosong. Perawakan Nabi Daud tidak terlalu tinggi, bermata biru,
berambut tidak lebat, berhati suci dan bersih.
Dia
sangat dicintai oleh bani Israil. Allah menganugerahi nabi Daud dengan
kerajaan dan kenabian: kebaikan dunia dan akhirat. Kerajaan itu
istimewa, begitu juga dengan kenabian. Dan, keduanya disatukan pada diri
Daud. Allah berfirman, "Sungguh, telah Kami
berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman), "Hai
gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama
Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya," (QS. Saba' [34]: 10).
Allah memberikannya suara yang
merdu: suara yang tidak diberikan kepada siapa pun selain dia. Sehingga,
ketika dia sedang melantunkan Zabur, burung-burung turut berhenti di
udara untuk mengagungkan Allah. Begitu juga dengan gunung, ia menjawab
dan ikut bertasbih bersamanya pada pagi dan sore hari. Allah juga
memberinya kemampuan untuk memutuskan perkara dengan adil diantara
manusia. Dia mampu menengahi dan menyelesaikan pertengkaran dan
perselisihan yang terjadi pada masyarakatnya. Hal itu membuat bani
Israil lebih menghormati, menghargai, dan memuliakannya.
Daud yang mulai pembangunan Bait
Suci yaitu Baitul Muqaddis yang kemudian diselesaikan oleh anaknya Nabi
Sulaiman, yang sekarang menjadi tempat Masjid Al-Aqsa. Daud meninggal
dalam usia 100 tahun dan dikebumikan di Baitul Muqaddis/Maqdis
(Yerusalem).
Kisah Nabi Daud
Berlalulah tahun-tahun yang
cukup panjang dari wafatnya Musa. Setelah Nabi Musa, datanglah para nabi
dan mereka telah mati dan anak-anak Israil setelah Musa telah kalah.
Kitab suci mereka telah hilang, yaitu Taurat. Ketika Taurat telah hilang
dari dada mereka maka ia pun tercabut dari tangan mereka. Musuh-musuh
mereka menguasai peti perjanjian yang di dalamnya terdapat peninggalan
keluarga Musa dan Harun. Bani Israil terusir dari keluarga mereka dan
rumah mereka. Keadaan mereka sungguh sangat tragis. Kenabian telah
terputus dari cucu Lawi, dan tidak tersisa dari mereka kecuali seorang
wanita yang hamil yang berdoa kepada Allah SWT agar Dia memberinya anak
laki-laki. Lalu ia melahirkan anak laki-laki dan menamainya dengan nama
Asymu'il yang dalam bahasa Ibrani berarti Ismail. Yakni Allah SWT
mendengar doaku.
Ketika anak itu tumbuh dewasa,
ibunya itu mengirimnya ke mesjid dan menyerahkannya kepada lelaki saleh
agar belajar kebaikan dan ibadah darinya. Anak itu berada di sisinya.
Pada suatu malam—ketika ia telah menginjak dewasa—ia tidur, lalu ia
mendengar ada suara yang datang dari sisi mesjid. Ia bangun dalam
keadaan ketakutan dan mengira bahwa syaikh atau gurunya memanggilnya. Ia
segera menuju gurunya dan bertanya: "Apakah engkau memang memanggilku?" Guru itu tidak ingin menakut-nakutinya maka ia berkata: "Ya, ya."
Anak itu pun tidur kembali. Kemudian suara itu lagi-lagi memanggilnya
untuk kedua kalinya dan ketiga hingga ia bangun dan melihat malaikat
Jibril memanggilnya: "Tuhanmu telah mengutusmu kepada kaummu." Pada suatu hari, Bani Israil menemui nabi yang mulia ini. Mereka bertanya kepadanya: "Tidakkah kami orang-orang yang teraniaya?" Dia menjawab: "Benar." Mereka berkata: "Tidakkah kami orang-orang yang terusir?" Dia menjawab: "Benar." Mereka mengatakan: "Kirimkanlah
untuk kami seorang raja yang dapat mengumpulkan kami di bawah satu
bendera agar kita dapat berperang di jalan Allah SWT dan agar kita dapat
mengembalikan tanah kita dan kemuliaan kita." Nabi mereka berkata kepada mereka dan tentu ia lebih tahu daripada mereka: "Apakah kalian yakin akan menjalankan peperangan jika diwajibkan peperangan atas kalian?"
Mereka menjawab: "Mengapa
kami tidak berperang di jalan Allah SWT sedangkan kami telah terusir
dari negeri kami, dan anak-anak kami pun terusir serta keadaan kami
makin memburuk." Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah SWT telah mengutus Thalut sebagai penguasa bagi kalian." Mereka berkata: "Bagaimana
ia menjadi penguasa atas kami sedangkan kami lebih berhak mendapatkan
kekuasaan itu daripadanya. Lagi pula, ia bukan seorang yang kaya,
sedangkan di antara kami ada orang yang lebih kaya daripadanya."
Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya
Allah SWT memilihnya atas kalian karena ia memiliki keutamaan dari sisi
ilmu dan fisik. Dan Allah SWT memberikan kekuasaan-Nya kepada siapa pun
yang Dia kehendaki." Mereka berkata: "Apa tanda kekuasaa-Nya?" Nabi menjawab: "Kitab
Taurat yang dirampas musuh kalian akan kembali kepada kalian. Kitab itu
akan dibawa oleh para malaikat dan diserahkan kepada kalian. Ini adalah
tanda kekuasaan-Nya." Mukjizat tersebut benar-benar terjadi di mana pada suatu hari Taurat kembali kepada mereka.
Pembentukan pasukan Thalut
dimulai. Thalut telah menyiapkan tentaranya untuk memerangi Jalut. Jalut
adalah seseorang yang perkasa dan penantang yang hebat di mana tak
seorang pun mampu mengalahkannya. Pasukan Thalut telah siap. Pasukan
berjalan dalam waktu yang lama di tengah-tengah gurun dan gunung
sehingga mereka merasakan kehausan. Raja Thalut berkata kepada
tentaranya: "Kita akan menemui sungai di
jalan. Barangsiapa yang meminumnya maka hendaklah ia akan keluar dari
pasukan dan barangsiapa yang tidak mencicipinya dan hanya sekadar
membasahi kerongkongannya maka ia akan dapat bersamaku dalam pasukan."
Akhirnya, mereka mendapati
sungai dan sebagian tentara minum darinya dan kemudian mereka keluar
dari barisan tentara. Thalut telah menyiapkan ujian ini untuk mengetahui
siapa di antara mereka yang menaatinya dan siapa yang membangkangnya;
siapa di antara mereka yang memiliki tekad yang kuat dan mampu menahan
rasa haus dan siapa yang memiliki keinginan yang lemah dan gampang
menyerah.
Thalut berkata kepada dirinya sendiri: "Sekarang kami mengetahui orang-orang yang pengecut sehingga tidak ada yang bersamaku kecuali orang-orang yang berani." Jumlah
pasukan memang berpengaruh tetapi yang paling penting dalam pasukan
adalah, sifat keberanian dan iman, bukan semata-mata jumlah dan senjata.
Lalu datanglah saat-saat yang menentukan bagi pasukan Thalut. Mereka
berdiri di depan pasukan musuhnya, Jalut. Jumlah pasukan Thalut sedikit
sekali tetapi pasukan Musuh sangat banyak dan kuat.
Sebagian orang-orang yang lemah dari pasukan Thalut berkata: "Bagaimana mungkin kita dapat mengalahkan pasukan yang perkasa itu?" Kemudian orang-orang mukmin dari pasukan Thalut menjawab: "Yang
penting dalam pasukan adalah keimanan dan keberanian. Berapa banyak
kelompok yang sedikit mampu mengalahkan kelompok yang banyak dengan izin
Allah SWT." Allah SWT berfirman:
"Apakah kamu
tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah nabi Musa, yaitu
ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka: 'Angkatlah untuk kami
seorang raja agar kami berperang (di bawah pimpinannya) dijalan Allah.
Nabi mereka menjawab: 'Mung-kin sehali jika kamu diwajibkan berperang,
kamu tidah akan berperang.' Mereka menjawab: 'Mengapa kami tidak mau
berperang di jalan Allah, padahal kami sesungguhnya telah diusir dari
kampung halaman kami dan dari anak-anak kami.' Maka tatkala perang itu
diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang
yang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang
lalim. Nabi mereka mengatakan kepada mereka: 'Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Thalut menjadi rajamu.' Mereka menjawab: 'Bagaimana Thalut
memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalihan pemerintahan
daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang banyak?' (Nabi
mereka) berkata: 'Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan
menganugerahi ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.' Allah memberikan
pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas
Pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. Dan Nabi mereka mengatakan kepada
mereka: 'Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut
kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari
peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh
malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu,
jika kamu orang yang beriman. Maka tatkala Thalut keluar membawa
tentaranya, ia berkata: 'Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan
suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia
pengikutku. Dan barangsiapa tiada rneminumnya, kecuali menceduk seceduk
tangan, maka ia adalah pengikutku. Kemudian mereka meminumnya kecuali
beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang
yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang
telah minum berkata: 'Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk
melawan Jalut dan tentara-nya.' Orang-orang yang meyakini bahwa mereka
akan menemui Allah berkata: 'Berapa banyak yang terjadi golongan yang
sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan
Allah beserta orang-orangyang sabar.'" (QS. al-Baqarah: 246-249)
Jalut tampak membawa baju
besinya bersama pedangnya. Tampaknya ia menantang seseorang untuk
berduel dengannya. Semua tentara Thalut merasa takut untuk
menghadapinya. Di saat-saat tegang ini, muncullah dari pasukan Thalut
seorang pengembala kambing yang kecil, yaitu Daud. Daud adalah seorang
yang beriman kepada Allah SWT. Ia mengetahui bahwa keimanan kepada Allah
SWT adalah hakikat kekuatan di alam ini, dan bahwa kemenangan bukan
semata-mata ditentukan banyaknya senjata dan kuatnya tubuh.
Daud maju dan meminta kepada
raja Thalut agar mengizinkannya berduel dengan Jalut. Namun si raja pada
hari pertama menolak permintaan itu. Daud bukanlah seorang tentara, ia
hanya sekadar pengembala kambing yang kecil. Ia tidak rnemiliki
pengalaman dalam peperangan. Ia tidak memiliki pedang, senjatanya adalah
potongan batu bata yang digunakan untuk mengusir kambingnya. Meskipun
demikian, Daud mengetahui bahwa Allah SWT adalah sumber kekuatan yang
hakiki di dunia ini. Karena ia seorang yang beriman kepada Allah SWT,
maka ia merasa lebih kuat daripada Jalut.
Pada hari kedua, ia kembali
meminta izin agar diberi kesempatan untuk memerangi Jalut. Lalu raja
memberikan izin kepadanya. Raja berkata kepadanya: "Seandainya engkau
berani memeranginya, maka engkau menjadi pemimpin pasukan dan akan
menikahi anak perempuanku." Daud tidak peduli dengan iming-iming
tersebut. Ia hanya ingin berperang dan memenangkan agama. Ia ingin
membunuh Jalut, seorang lelaki yang sombong yang lalim dan tidak beriman
kepada Allah SWT, Raja mengizinkan kepada Daud untuk berduel dengan
jalut.
Daud maju dengan membawa
tongkatnya dan lima buah batu serta katapel. Jalut maju dengan dilapisi
senjata dan baju besi. Jalut berusaha mengejek Daud dan merendahkannya
serta menertawakan kefakirannya dan kelemahannya. Kemudian Daud
meletakkan batu yang kuat di atas katapelnya, lalu ia melepaskannya di
udara sehingga batu itu pun meluncur dengan keras. Angin menjadi sahabat
Daud karena ia cinta kepada Allah SWT sehingga angin itu membawa batu
itu menuju ke dahi Jalut. Batu itu membunuhnya. Jalut yang dibekali
senjata yang lengkap itu tersungkur ke tanah dan mati.
Daud, seorang pengembala yang
baik, mengambil pedangnya. Dan berkecamuklah peperangan di antara kedua
pasukan. Peperangan dimulai saat pemimpinnya terbunuh dan rasa ketakutan
menghinggapi seluruh pasukannya, sedangkan pasukan yang lain dipimpin
oleh seorang pengembala kambing yang sederhana.
Allah SWT berfirman:
"Tatkala
mereka tampak oleh jalut dan tentaranya, mereka pun berdoa: 'Ya Tuhan
kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian
kami terhadap orang-orang kafir.' Mereka (tentara Thalut) mengalahkan
tentarajalut dengan izin Allah memberinya kepadanya (Daud) pemerintahan
dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa
yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan)
sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini.
Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam."
(QS. al-Baqarah: 250-251)
Setelah Daud membunuh jalut, ia
mencapai puncak ketenaran di tengah-tengah kaumnya sehingga ia menjadi
seorang lelaki yang paling terkenal di kalangan Bani Israil. Beliau
menjadi pemimpin pasukan dan suami dari anak perempuan raja. Namun Daud
tidak begitu gembira dengan semua ini. Beliau tidak bertujuan untuk
mencapai ketenaran atau kedudukan atau kehormatan, tetapi beliau
berusaha untuk menggapai cinta Allah SWT. Daud telah diberi suatu suara
yang sangat indah dan mengagumkan. Daud bertasbih kepada Allah SWT dan
mengagungkan-Nya dengan suaranya yang menarik dan mengundang decak
kagum. Oleh karena itu, setelah mengalahkan Jalut, Daud bersembunyi.
Beliau pergi ke gurun dan gunung. Beliau merasakan kedamaian di
tengah-tengah makhluk-makhluk yang lain. Di saat mengasingkan diri,
beliau bertaubat kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
"Dan
sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia Kami. (Kami
berfirman): 'Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah
berulang-ulang bersama Daud', dan Kami telah melu-nakkan besi padanya.
(Yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan
kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu
kerjakan." (QS. Saba': 10-11)
"Dan telah
Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama
Daud, dan Kamilah yang melakukannya. Dan telah Kami ajarkan kepada Daud
membuat baju besi kepada kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu;
Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah)." (QS. al-Anbiya': 79-80)
Ketika Daud duduk, maka ia
bertasbih kepada Allah SWT dan memuliakan-Nya. Allah SWT memilih Daud
sebagai Nabi dan memberinya Kitab Zabur. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami berikan Kitab Zabur kepada Daud." (QS. al-Isra': 55)
Zabur adalah kitab suci seperti
Kitab Taurat. Daud membaca kitab tersebut dan bertasbih kepada Allah
SWT. Saat beliau bertasbih, gunung-gunung juga ikut bertasbih, dan
burung-burung pun berkumpul bersama beliau.
Allah SWT berfirman:
"Dan
ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat
taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk
bertasbih bersama dia (Daud) di waktu pagi dan petang, dan (Kami
tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masing
amat taat kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan
hikmah dan kebijaksanaan dalam menyeksaikan perselisihan." (QS. Shad:
17-20)
Gurun terbentang sehingga
mencapai ufuk. Ini adalah hari puasa Daud. Nabi Daud berpuasa pada suatu
hari dan berbuka pada hari yang lain. Inilah yang disebut dengan Shiam
ad-Dahr. Daud membaca Kitab Zabur dan merenungkan ayat-ayatnya.
Gunung-gunung bertasbih bersamanya. Gunung menyempurnakan pembacaan ayat
tersebut, dan terkadang beliau diam sementara gunung itu menyempurnakan
tasbihnya. Bukan hanya gunung yang bertasbih bersama beliau,
burung-burung pun ikut bertasbih. Ketika Daud mulai membaca Kitab Zabur
yang suci maka burung-burung, binatang-binafang buas, dan pohon-pohon
pun berkumpul di sisinya, bahkan gunung-gunung ikut bertasbih. Bukan
hanya karena ketulusan Daud yang menjadi penyebab bertasbihnya
gunung-gunung atau burung-burung bersama beliau; bukan hanya keindahan
suaranya yang menjadi penyebab bertasbihnya makhluk-makhluk yang lain
bersama beliau, namun ini adalah mukjizat dari Allah SWT kepadanya
sebagai Nabi yang memiliki keimanan yang agung, yang cintanya kepada
Allah SWT sangat tulus. Bukan hanya ini mukjizat yang diberikan kepada
beliau, Allah SWT juga memberinya ilmu atau kemampuan untuk memahami
bahasa burung dan hewan-hewan yang lain.
Pada suatu hari, beliau merenung
dan mendengarkan ocehan burung yang berdialog satu sama lain. Lalu
beliau mengerti apa yang dibicarakan burung-burung itu. Allah SWT
meletakkan cahaya dalam hatinya sehingga ia memahami bahasa burung dan
bahasa hewan-hewan yang lain. Daud sangat mencintai hewan dan burung.
Beliau berlemah lembut kepada hewan-hewan itu, bahkan beliau merawatnya
ketika hewan-hewan itu sakit sehingga burung-burung dan binatang yang
lain pun mencintainya. Di samping kemampuan memahami bahasa burung,
Allah SWT juga memberinya hikmah (ilmu pengetahuan). Ketika Daud
memperoleh ilmu dari Allah SWT atau ketika ia mendapatkan mukjizat maka
bertambahlah rasa cintanya kepada Allah SWT dan bertambah juga rasa
syukumya kepada-Nya, begitu juga ibadahnya semakin meningkat. Oleh
karena itu, beliau berpuasa pada suatu hari dan berbuka pada hari yang
lain. Allah SWT sangat mencintai Daud dan memberinya kerajaan yang
besar. Dan masalah yang dihadapi oleh kaumnya adalah, banyaknya
peperangan di zaman mereka. Karena itu, pembuatan baju besi sangat
penting. Baju besi yang dibuat oleh para ahli sangat berat sehingga
seorang yang berperang tidak mudah bergerak dengan bebas ketika memakai
baju besi itu.
Pada suatu hari, Nabi Daud duduk
sambil merenungkan masalah tersebut dan di depan beliau ada potongan
besi yang beliau main-mainkan. Tiba-tiba, beliau mengetahui bahwa
tangannya dapat membikin besi itu lunak. Allah SWT memang telah
melunakkan besi bagi Daud. Lalu Daud memotong-motongnya dan membentuknya
dalam potongan-potongan kecil dan melekatkan sebagian pada yang lain,
sehingga beliau mampu membuat baju besi yang baru, yaitu baju besi yang
terbentuk dari lingkaran-lingkaran besi yang jika dipakai oleh seseorang
yang berperang maka ia akan leluasa untuk bergerak dan tubuhnya tetap
terlindung dari pedang dan kampak. Baju besi itu lebih baik dari semua
baju besi yang ada pada saat itu.
Allah SWT melunakkan baju besi
baginya. Yakni, Nabi Daud adalah orang yang pertama kali menemukan bahwa
besi dapat menjadi leleh dengan api dan ia dapat dibentuk menjadi
ribuan rupa. Kami merasa puas dengan tafsir seperti ini. Nabi Daud
bersyukur kepada Allah SWT. Kemudian banyak pabrik-pabrik berdiri untuk
membuat baju besi yang baru. Ketika selesai pembuatan baju besi itu dan
diberikan kepada pasukannya maka musuh-musuh Daud mengetahui bahwa
pedang mereka tidak akan mampu menembus baju besi ini. Baju besi yang
dipakai oleh para musuh itu sangat berat dan dapat ditembus oleh pedang.
Baju besi yang mereka pakai tidak membuat mereka bergerak dengan bebas
dan tidak dapat melindungi mereka saat berperang, tidak demikian halnya
dengan baju besi yang dibuat oleh Nabi Daud. Setiap peperangan yang
diikuti oleh tentara Daud maka beliau selalu mendapatkan kemenangan;
setiap kali beliau memasuki kancah peperangan maka beliau merasakan
kemenangan. Beliau mengetahui bahwa kemenangan ini semata-mata datangnya
karena Allah SWT sehingga rasa syukurnya kepada-Nya semakin bertambah
dan tasbih yang beliau lakukan pun semakin meningkat serta kecintaan
kepada Allah SWT pun semakin bergelora.
Ketika Allah SWT mencintai
seorang nabi atau seorang hamba dari hamba-hamba-Nya maka Dia menjadikan
manusia juga mencintainya. Manusia mencintai Nabi Daud sebagaimana
burung-burung, hewan-hewan, dan gunung-gunung pun mencintainya. Raja
melihat hal yang demikian itu lalu timbullah rasa cemburu dalam dirinya.
Ia mulai berusaha untuk menyakiti Nabi Daud dan membunuhnya. Ia
menyiapkan pasukan untuk membunuh Daud. Daud mengetahui bahwa raja
cemburu kepadanya. Oleh karena itu, beliau tidak memerangi raja namun
apa yang beliau lakukan? Beliau mengambil pedang raja saat ia tidur lalu
beliau memotong sebagian dari pakaiannya dengan pedang itu. Kemudian
beliau membangunkan raja dan berkata kepadanya: "Wahai
raja, engkau telah berencana untuk membunuhku, namun aku tidak
membencimu dan tidak ingin membunuhmu. Seandainya aku ingin membunuhmu
maka aku lakukan saat engkau tidur. Ini bajumu telah terpotong. Aku
telah memotongnya saat engkau tidur. Aku bisa saja memotong lehermu
sebagai ganti dari memotong baju itu, tetapi aku tidak melakukannya. Aku
tidak suka untuk menyakiti seseorang pun. Ajaran yang aku bawa hanya
berisi cinta dan kasih sayang, bukan kebencian. Raja menyadari bahwa dirinya salah dan ia meminta maaf kepada Daud."
Kemudian berlalulah hari demi
hari dan raja terbunuh dalam suatu peperangan yang tidak diikuti oleh
Nabi Daud, karena raja itu cemburu kepadanya dan menolak bantuannya.
Setelah itu, Nabi Daud menjadi raja. Masyarakat saat itu mengetahui
bahwa Daud melakukan apa saja demi kebaikan dan kebahagiaan mereka
sehingga mereka rela untuk menjadikannya raja bagi mereka. Jadi, Daud
menjadi Nabi yang diutus oleh Allah SWT sekaligus menjadi raja.
Kekuasaan tersebut justru meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT dan
meningkatkan ibadahnya kepada-Nya serta mendorong beliau untuk lebih
meningkatkan kebaikan dan menyantuni orang-orang fakir serta menjaga
kepentingan masyarakat umum.
Allah SWT memperkuat kerajaan
Daud. Allah selalu menjadikannya menang ketika melawan musuh-musuhnya.
Allah menjadikan kerajaannya sangat besar sehingga ditakuti oleh
musuh-musuhnya meskipun tidak dalam peperangan. Allah menambah
nikmat-Nya kepada Daud dalam bentuk memberinya hikmah. Selain memberi
kenabian kepada Daud, Allah SWT memberi hikmah dan kemampuan untuk
membedakan kebenaran dari kebatilan. Nabi Daud mempunyai seorang anak
yang bernama Sulaiman. Sulaiman adalah anak yang cerdas dan
kecerdasannya itu tampak sejak masa kecilnya. Usia Sulaiman mencapai
sebelas tahun ketika terjadi kisah ini. Allah SWT berfirman:
"Dan
(ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberihan
keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh
kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan
yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan pengertian
kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada
masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu. " (QS.
al-Anbiya': 78-79)
Seperti biasanya, Daud duduk dan
memberikan keputusan hukurn kepada manusia dan menyelesaikan persoalan
mereka. Seorang lelaki pemilik kebun datang kepadanya disertai dengan
lelaki yang lain. Pemilik kebun itu berkata kepadanya:
"Tuanku wahai Nabi, sesungguhnya kambing laki-laki ini masuk ke kebunku
dan memakan semua anggur yang ada di dalamnya. Aku datang kepadamu agar
engkau menjadi hakim bagi kami. Dan aku menuntut ganti rugi."
Daud berkata kepada pemilik kambing: "Apakah benar bahwa kambingmu memakan kebun lelaki ini?" Pemilik kambing itu berkata: "Benar wahai tuanku."
Daud berkata: "Aku telah memutuskan untuk memberikan kambingmu sebagai ganti dari apa yang telah dirusak oleh kambingmu." Sulaiman berkata: "Allah telah memberinya hikmah di samping ilmu yang diwarisi dari ayahnya— aku memiliki hukum yang lain, wahai ayahku."
Daud berkata: "Katakanlah wahai Sulaiman." Sulaiman berkata:
"Aku memutuskan agar pemilik kambing mengambil kebun laki-laki ini yang
buahnya telah dimakan oleh kambingnya. Lalu hendaklah ia memperbaikinya
dan menanam di situ sehingga tumbuhlah pohon-pohon anggur yang baru.
Dan aku memutuskan agar pemilik kebun itu mengambil kambingnya sehingga
ia dapat mengambil manfaat dari bulunya dan susunya serta makan darinya.
Jika pohon anggur telah besar dan kebun tidak rusak atau kembali
seperti semula, maka pemilik kebun itu dapat mengambil kembali kebunnya
dan begitu juga pemilik kambing pun dapat mengambil kambingnya."
Daud berkata:
"Ini adalah keputusan yang hebat wahai Sulaiman. Segala puji bagi Allah
SWT yang telah memberimu hikmah ini. Engkau adalah Sulaiman yang
benar-benar bijaksana." Nabi Daud—meskipun kedekatannya kepada Allah
SWT dan kecintaannya kepada-Nya—selalu belajar kepada Allah SWT. Allah
SWT telah mengajarinya agar ia tidak memutuskan suatu perkara kecuali
setelah ia mendengar perkataan kedua belah pihak yang bertikai.
Pada suatu hari Nabi Daud duduk
di mihrabnya yang di situ ia salat dan beribadah. Ketika ia memasuki
kamarnya, ia memerintahkan para pengawalnya untuk tidak mengizinkan
seseorang pun masuk menemuinya atau mengganggunya saat ia salat.
Tiba-tiba, beliau dikagetkan ketika melihat dua orang lelaki berdiri di
hadapannya.
Daud takut kepada mereka berdua
karena mereka berani masuk, padahal ia telah memerintahkan agar tak
seorang pun masuk menemuinya. Daud bertanya kepada mereka: "Siapakah
kalian berdua?" Salah seorang lelaki itu berkata:
"Janganlah takut wahai tuanku. Aku dan laki-laki ini berselisih
pendapat. Kami datang kepadamu agar kamu memutuskan dengan cara yang
benar." Daud bertanya: "Apa masalahnya?" Laki-laki yang pertama berkata: "Saudaraku
ini mempunyai sembilan puluh sembilan kambing betina, sedangkan aku
hanya mempunyai satu. Ia telah mengambilnya dariku." Ia berkata: "Berikanlah kepadaku, lalu ia mengambilnya dariku." Daud berkata tanpa mendengar pendapat atau argumentasi pihak yang lain:
'Sesungguknya dia telah berbuat lalim kepadamu dengan meminta kambingmu
untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya dari kebanyakan
orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat lalim kepada
sebagian yang lain, kecuali orang-orangyang beriman.'
Daud terkejut ketika tiba-tiba
dua orang itu menghilang dari hadapannya. Kedua orang itu bersembunyi
laksana awan yang menguap di udara. Akhirnya, Daud mengetahui bahwa
kedua lelaki itu adalah malaikat yang diutus oleh Allah SWT kepadanya
untuk memberinya pelajaran: hendaklah ia tidak mengambil keputusan hukum
di antara dua orang yang berselisih kecuali setelah mendengar perkataan
mereka semua. Barangkali pemilik sembilan puluh sembilan kambing itu
yang benar. Daud tunduk dan bersujud serta rukuk kepada Allah SWT dan
meminta ampun kepada-Nya. Allah SWT berfirman:
"Dan
sampaikah kepadamu berita orang-orang yang berperkara ketika mereka
memanjat pagar? Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut
dengan (kedatangan) mereka. Mereka berkata: 'Janganlah kamu merasa
takut, (kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari
kami berbuat lalim kepada yang lain; maka berilah keputusan di antara
kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan
tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku ini
mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai
seekor saja. Maka dia berkata: 'Serahkanlah kambing itu kepadaku dan dia
mengalahkan aku dalam perdebatan.' Daud berkata: 'Sesungguhnya dia
telah berbuat lalim kepadamu dengan meminta kambingmu untuk ditambahkan
kepada kambingnya. Dan sesungguhnya dari kebanyakan orang-orang yang
berserikat itu sebagian mereka berbuat lalim kepada sebagian yang lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan
amat sedikitlah mereka ini". Dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya;
maka ia meminta. ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan
bertaubat. Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya
dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang
baik." (QS. Shad: 21-25)
Banyak cerita dongeng atau
bohong yang disampaikan orang-orang Yahudi tentang godaan yang dialami
oleh Daud. Dikatakan bahwa ia tertarik dengan istri dari salah seorang
pemimpin pasukannya lalu ia mengutus pemimpin itu di suatu peperangan di
mana ia mengetahui apa yang terjadi dengannya. Kemudian Daud menguasai
istrinya.
Itu adalah kepalsuan yang
mengada-ada. Manusia yang hatinya berhubungan dengan bintang tertinggi
di langit dan tasbihnya berhubungan dengan tasbih makhluk-makhluk dan
benda-benda mati, maka mustahil baginya untuk hanya melihat atau
tertarik dengan keindahan atau kecantikan wajah wanita atau fisiknya.
Seseorang yang melihat puncak keindahan di alam dan berhubungan
dengannya secara langsung dan menundukkannya dengan tasbihnya maka
mustahil baginya untuk tunduk kepada naluri seksual. Daud adalah seorang
hamba Allah SWT dan tidak mungkin ia menjadi hamba dari nalurinya
sebagaimana yang dikemukakan oleh cerita-cerita palsu Bani Israil.
Nabi Daud kembali menyembah Allah SWT dan bertasbih kepada-Nya serta melantunkan senandung cinta kepada-Nya sampai akhir
hayatnya. Nabi Daud berpuasa sehari dan berbuka sehari. Sehubungan
dengan itu, Rasulullah saw bersabda: "Sebaik-baik puasa adalah puasanya
Daud. Beliau berpuasa satu hari dan berbuka satu hari. Beliau membaca
Zabur dengan tujuh puluh suara; beliau melakukan salat di tengah malam
dan menangis di dalamnya, dan karena tangisannya segala sesuatu pun ikut
menangis, dan suaranya dapat menyembuhkan orang yang gelisah dan orang
yang menderita." Nabi Daud meninggal secara tiba-tiba sebagaimana dikatakan oleh berbagai riwayat.
Matahari mengganggu manusia, lalu Sulaiman memanggil burung dan berkata: "Naungilah Daud." Maka burung itu menaunginya.
Sulaiman berkata kepada awan: "Naungilah manusia dari sengatan matahari.' Dan angin menjadi tenang. Ini untuk pertama kalinya orang-orang menyaksikan kekuasaan Sulaiman.
kisah nabi yunus as
Nama: Yunus (Yunan) bin Matta binti Abumatta,
Matta adalah nama Ibunya (catatan : Tidak ada dari para nabi yang dinasabkan ke Ibunya, kecuali Yunus dan Isa)
Garis Keturunan
Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒ Ya'qub as ⇒ Yusuf as ⇒ Bunyamin ⇒ Abumatta ⇒ Matta ⇒ Yunus as
Usia 70 tahun
Periode sejarah 820 - 750 SM
Tempat diutus (lokasi) Ninawa, Irak
Jumlah keturunannya (anak) -
Tempat wafat Ninawa, Irak
Sebutan kaumnya Bangsa Asyiria, di utara Irak
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 5 kali
Tidak banyak yang dikisahkan oleh Al-Quran tentang Nabi Yunus
sebagaimana yang telah dikisahkan tentang nabi-nabi Musa, Yusuf dan
lain-lain. Dan sepanjang yang dapat dicatat dan diceritakan oleh para
sejarawan dan ahli tafsir tentang Nabi Yunus ialah bahawa beliau bernama
Yunus bin Matta. Ia telah diutuskan oleh Allah untuk berdakwah kepada
penduduk di sebuah tempat bernama “Ninawa” yang bukan kaumnya dan tidak
pula ada ikatan darah dengan mereka. Ia merupakan seorang asing
mendatang di tengah-tengah penduduk Ninawa itu. Ia menemui mereka berada
di dalam kegelapan, kebodohan dan kekafiran, mereka menyembah berhala
menyekutukan kepada Allah.
Yunus membawa ajaran tauhid dan
iman kepada mereka, mengajak mereka agak menyembah kepada Allah yang
telah menciptakan mereka dan menciptakan alam semesta, meninggalkan
persembahan mereka kepada berhala-berhala yang mereka buat sendiri dari
batu dan berhala-berhala yang tidak dapat membawanya manfaaat atau
mudarat bagi mereka. Ia memperingatkan mereka bahawa mereka sebagai
manusia makhluk Allah yang utama yang memperoleh kelebihan di atas
makhluk-makhluk yang lain tidak sepatutnya merendahkan diri dengan
menundukkan dahi dan wajah mereka menyembah batu-batu mati yang mereka
pertuhankan, padahal itu semua buatan mereka sendiri yang kadang-kadang
dan dapat dihancurkan dan diubah bentuk dan memodelnya. Ia mengajak
mereka berfikir memperhatikan ciptaan Allah di dalam diri mereka
sendiri, di dalam alam sekitar untuk menyedarkan mereka bahawa Tuhan
pencipta itulah yang patut disembah dan bukannya benda-benda ciptaannya.
Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu
bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang baru yang belum pernah
mereka dengar sebelumnya. Kerananya mereka tidak dapat menerimanya untuk
menggantikan ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek
moyang mereka yang sudah menjadi adat kebiasaaan mereka turun temurun.
Apalagi pembawa agama itu adalah seorang asing tidak seketurunan dengan
mereka.
Mereka berkata kepada
Nabi Yunus: “Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan
apakah yang engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah
tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh
nenek moyamg kami sejak dahulu. Alasan apakah yang membenarkan kami
meninggalkan agama kami yang diwariskan oleh nenek moyang kami dan
menggantikannya dengan agama barumu? Engkau adalah seorang yang
ditengah-tengah kami yang datang untuk merusakkan adat istiadat kami dan
mengubah agama kami dan apakah kelebihan kamu diatas kami yang
memberimu alasan untuk mengurui dan mengajar kami. Hentikanlah aksimu
dan ajak-ajakanmu di daerah kami ini. Percayalah bahawa engkau tidak
akan dapat pengikut diantara kami dan bahawa ajaranmu tidak akan
mendapat pasaran di antara rakyat Ninawa yang sangat teguh
mempertahankan tradisi dan adat istiadat orang-orang tua kami.”
Barkata Nabi Yunus menjawab:
“Aku hanya mengajak kamu beriman dan bertauhid menurut agama yang aku
bawa sebagai amanat Allah yang wajib ku sampaikan kepadamu. Aku hanya
seorang pesuruh yang ditugaskan oleh Allah untuk mengangkat kamu dari
lembah kesesatan dan kegelapan menuntun kamu ke jalan yang benar dan
lurus menyampaikan kepada kamu agama yang suci bersih dari benih-benih
kufur dan syirik yang merendahkan martabat manusia yang semata-mata
untuk kebaikan kamu sendiri dan kebaikan anak cucumu kelak. Aku sesekali
tidak mengharapkan sesuatu upah atau balas jasa daripadamu dan tidak
pula menginginkan pangkat atau kedudukan. Aku tidak dapat memaksamu
untuk mengikutiku dan melaksanakan ajaran-ajaranku. Aku hanya
mengingatkan kepadamu bahawa bila kamu tetap membangkang dan tidak
menghiraukan ajakanku , tetap menolak agama Allah yang aku bawa, tetap
mempertahankan akidahmu dan agamamu yang bathil dan sesat itu, nescaya
Allah kelak akan menunjukkan kepadamu tanda-tanda kebenaran risalahku
dengan menurunkan azab seksa-Nya di atas kamu sebagaimana telah dialami
oleh kaum terdahulu iaitu kaum Nuh, Aad dan Tsamud sebelum kamu.
Mereka menjawab peringatan Nabi
Yunus dengan tentangan seraya mengatakan: “Kami tetap menolak ajakanmu
dan tidak akan tunduk pada perintahmu atau mengikut kemahuanmu dan
sesekali kami tidak akan takut akan segala ancamanmu. Cubalah datangkan
apa yang engkau ancamkan itu kepada kami jika engkau memang benar dalam
kata-katamu dan tidak mendustai kami.”
Nabi
Yunus tidak tahan tinggal dengan lebih lama di tengah-tengah kaum
Ninawa yang berkeras kepala dan bersikap buta-tuli menghadapi ajaran dan
dakwahnya. Ia lalu meninggalkan Ninawa dengan rasa jengkel dan marah
seraya memohon kepada Allah untuk menjatuhkan hukumannya atas
orang-orang yang membangkang dan berkeras kepala itu.
Sepeninggalan Nabi Yunus
penduduk Ninawa mulai melihat tanda-tanda yang mencemaskan seakan-akan
ancaman Nabi Yunus kepada mereka akan menjadi kenyataan dan hukuman
Allah akan benar-benar jatuh di atas mereka membawa kehancuran dan
kebinasaan sebagaimana yang telah dialami oleh kaum musyrikin penyembah
berhala sebelum mereka. Mereka melihat keadaan udara disekeliling Ninawa
makin menggelap, binatang-binatang peliharaan mereka nampak tidak
tenang dan gelisah, wajah-wajah mereka tanpa disadari menjadi pucat
tidak berdarah dan angin dari segala penjuru bertiup dengan kecangnya
membawa suara gemuruh yang menakutkan.
Dalam keadaan panik dan
ketakutan , sedarlah mereka bahawa Yunus tidak berdusta dalam
kata-katanya dan bahawa apa yang diancamkan kepada mereka bukanlah
ancaman kosong buatannya sendiri, tetapi ancaman dari Tuhan. Segeralah
mereka menyatakan taubat dan memohon ampun atas segala perbuatan mereka,
menyatakan beriman dan percaya kepada kebenaran dakwah Nabi Yunus
seraya berasa menyesal atas perlakuan dan sikap kasar mereka yang
menjadikan beliau marah dan meninggalkan daerah itu.
Untuk menebus dosa, mereka
keluar dari kota dan beramai-ramai pergi ke bukit-bukit dan padang
pasir, seraya menangis memohon ampun dan rahmat Allah agar dihindarkan
dari bencana azab dan seksaan-Nya. Ibu binatang-binatang peliharaan
mereka dipisahkan dari anak-anaknya sehingga terdengar suara teriakan
binatang-binatang yang terpisah dari ibunya seolah-olah turut memohon
keselamatan dari bencana yang sedang mengancam akan tiba menimpa mereka.
Allah
yang Maha Mengetahui bahawa hamba-hamba-Nya itu jujur dalam taubatnya
dan rasa sesalannya dan bahawa mereka memang benar-benar dan hatinya
sudah kembali beriman dan dari hatinya pula memohon dihindarkan dari
azab seksa-Nya, berkenan menurunkan rahmat-Nya dan mengurniakan
maghfirat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dengan tulus ikhlas menyatakan
bertaubat dan memohon ampun atas segala dosanya. Udara gelap yang
meliputi Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang pucat kembali merah dan
ebrseri-seri dan binatang-binatang yang gelisah menjadi tenang,
kemudian kembalilah orang-orang itu ke kota dan kerumah masing-masing
dengan penuh rasa gembira dan syukur kepada Allah yang telah berkenan
menerima doa dan permohonan mereka.
Berkatalah mereka didalam hati
masing-masing setelah merasa tenang, tenteram dan aman dari malapetaka
yang nyaris melanda mereka: “Di manakah gerangan Yunus sekarang berada?
Mengapa kami telah tunduk kepada bisikan syaitan dan mengikuti hawa
nafsu, menjadikan dia meninggalkan kami dengan rasa marah dan jengkel
kerana sikap kami yang menentang dan memusuhinya. Alangkah bahagianya
kami andaikan ia masih berada di tengah-tengah kami menuntun dan
mengajari kami hal-hal yang membawa kebahagiaan kami di dunia dan di
akhirat. Ia adalah benar-benar rasul dan nabi Allah yang telah kami
sia-siakan. Semoga Allah mengampuni dosa kami.”
Adapun tentang keadaan Nabi
Yunus yang telah meninggalkan kota Ninawa secara mendadak, maka ia
berjalan kaki mengembara naik gunung turun gunung tanpa tujuan. Tanpa
disadari ia tiba-tiba berada disebuah pantai melihat sekelompok orang
yang lagi bergegas-gegas hendak menumpang sebuah kapal. Ia minta dari
pemilik kapal agar diperbolehkan ikut serta bersama lain-lain penumpang.
Kapal segera melepaskan sauhnya dan meluncur dengan lajunya ke tengah
laut yang tenang. Ketenangan laut itu tidak dapat bertahan lama, kerana
sekonyong-konyong tergoncang dan terayunlah kapal itu oleh gelombang
besar yang datang mendadak diikuti oleh tiupan angin taufan yang
kencang, sehingga menjadikan juru mudi kapal berserta seluruh
penumpangnya berada dalan keadaan panik ketakutan melihat keadaan kapal
yang sudah tidak dapat dikuasai keseimbangannya.
Para penumpang dan juru mudi
melihat tidak ada jalan untuk menyelamatkan keadaan jika keadaan cuaca
tetap mengganas dan tidak mereda, kecuali dengan jalan meringankan beban
berat muatan dengan mengorbankan salah seorang daripada para penumpang.
Undian lalu dilaksanakan untuk menentukan siapakah di antara penumpang
yang harus dikorbankan. Pada tarik pertama keluarlah nama Yunus, seorang
penumpang yang mereka paling hormati dan cintai, sehingga mereka semua
merasa berat untuk melemparkannya ke laut menjadi mangsa ikan.
Kemudian diadakanlah undian bagi
kali kedua dengan masing-masing penumpang mengharapkan jangan sampai
keluar lagi nama Yunus yang mereka sayangi itu, namun melesetlah harapan
mereka dan keluarlah nama Yunus kembali pada undian yang kedua itu.
Demikianlah bagi undian bagi kali yang ketiganya yang disepakati sebagai
yang terakhir dan yang menentukan nama Yunuslah yang muncul yang harus
dikorbankan untuk menyelamatkan kapal dan para penumpang yang lain.
Nabi
Yunus yang dengan telitinya memperhatikan sewaktu undian dibuat merasa
bahawa keputusan undian itu adalah kehendak Allah yang tidak dapat
ditolaknya yang mungkin didalamnya terselit hikmah yang ia belum dapat
menyelaminya. Yunus sedar pula pada saat itu bahawa ia telah melakukan
dosa dengan meninggalkan Ninawa sebelum memperoleh perkenan Allah,
sehingga mungkin keputusan undian itu adalah sebagai penebusan dosa yang
ia lakukan itu. Kemudian ia beristikharah menghenimgkan cipta sejenak
dan tanpa ragu segera melemparkan dirinya ke laut yang segera diterima
oleh lipatan gelombang yang sedang mengamuk dengan dahsyatnya di bawah
langit yang kelam-pekat.
Selagi Nabi Yunus berjuang
melawan gelombang yang mengayun-ayunkannya, Allag mewahyukan kepada
seekor ikan paus untuk menelannya bulat-bulat dan menyimpangnya di dalam
perut sebagai amanat Tuhan yang harus dikembalikannya utuh tidak
tercedera kelak bila saatnya tiba.
Nabi
Yunus yang berada di dalam perut ikan paus yang membawanya memecah
gelombang timbul dan tenggelam ke dasar laut merasa sesak dada dan
bersedih hati seraya memohon ampun kepada Allah atas dosa dan tindakan
yang salah yang dilakukannya tergesa-gesa. Ia berseru didalam kegelapan
perut ikan paus itu: “Ya Tuhanku, sesungguhnya tiada Tuhan selain
Engkau, Maha sucilah Engkau dan sesungguhnya aku telah berdosa dan
menjadi salah seorang dari mereka yang zalim.”
Setelah selesai menjalani
hukuman Allah , selama beberapa waktu yang telah ditentukan,
ditumpahkanlah Nabi Yunus oleh ikan paus itu yang mengandungnya dan
dilemparkannya ke darat . Ia terlempar dari mulut ikan ke pantai dalam
keadaan kurus lemah dan sakit. Akan tetapi Allah dengan rahmat-Nya
menumbuhkan di tempat ia terdampar sebuah pohon labu yang dapat menaungi
Yunus dengan daun-daunnya dan menikmati buahnya.
Nabi
Yunus setelah sembuh dan menjadi segar kembali diperintahkan oleh Allah
agar pergi kembali mengunjungi Ninawa di mana seratus ribu lebih
penduduknya mendamba-dambakan kedatangannya untuk memimpin mereka dan
memberi tuntunan lebih lanjut untuk menyempurnakan iman dan aqidah
mereka. Dan alangkah terkejutnya Nabi Yunus tatkala masuk Ninawa dan
tidak melihat satu pun patung berhala berdiri. Sebaliknya ia menemui
orang-orang yang dahulunya berkeras kepala menentangnya dan menolak
ajarannya dan kini sudah menjadi orang-orang mukmin, soleh dan beribadah
memuja-muji Allah s.w.t.
Pokok cerita tentang Yunus
terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah Yunus ayat 98,
surah Al-Anbiaa’ ayat 87, 88 dan surah Ash-Shaffaat ayat 139 sehingga
ayat 148.
Pengajaran yang dapat dipetik dari kisah Nabi Yunus.
Bahawasannya seorang yang
bertugas sebagai da’i – juru dakwah harus memiliki kesabaran dan tidak
boleh cepat-cepat marah dan berputus asa bila dakwahnya tidak dapat
sambutan yang selayaknya atau tidak segera diterima oleh orang-orang
yang didakwahinya. Dalam keadaan demikian ia harus bersabar mengawal
emosinya serta tetap meneruskan dakwahnya dengan bersikap bijaksana dan
lemah lembut, sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 125 yang
bermaksud : “Serulah, berdakwahlah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik {
sopan dan lemah lembut } .”
Di dalam diri Nabi Yunus
Allah telah memberi contoh betapa ia telah disesalkan atas tindakannya
yang tergesa-gesa kerana kehilangan kesabaran, meninggalkan kaum Ninawa,
padahal mereka masih dapat disedarkan untuk menerima ajakannya andaikan
ia tidak terburu-buru marah dan meninggalkan mereka tanpa berunding
lebih dahulu dengan Allah yang telah mengutusnya.
Atas
pelanggaran yang telah dilakukan tanpa sedar Allah telah memberi
hukuman kepada Nabi Yunus berupa kurungan dalam perut ikan paus sebagai
peringatan dan pengajaran agar tidak terulang lagi setelah ia diberi
ampun dan disuruh kembali ke Ninawa melanjutkan dakwahnya.
Related Post:
kisah nabi sulaiman as
Nama: Sulaiman (Sulaeman, Sulayman) bin Daud (Dawud)
Nama: Sulaiman (Sulaeman, Sulayman) bin Daud (Dawud)
Garis Keturunan:
Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu'az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud as ⇒ Sulaiman as
Usia 66 tahun
Periode sejarah 989 - 923 SM
Tempat diutus (lokasi) Palestina (dan Israil)
Keturunannya (anaknya) Rahab'an (Ruhba'am/Rehabeam)
Tempat wafat Baitul Maqdis (Yerusalem)
Sebutan kaumnya Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 21 kali
Dalam kisah-kisah para nabi, khususnya nabi sulaeman, seringkali kita mendengarkan beliau adalah nabi yang dapat berinteraksi dengan jin, binatang dan lainnya. Seperti kisah nabi sulaiman dengan ratu balqis,
diceritakan bahwa; Setelah membangunkan Baitul Muqaddis, Nabi Sulaiman
menuju ke Yaman. Tiba di sana, disuruhnya burung hud-hud (sejenis
pelatuk) mencari sumber air. Tetapi burung berkenaan tiada ketika
dipanggil. Ketiadaan burung hud-hud menimbulkan kemarahan Sulaiman.
Selepas itu burung hud-hud datang kepada Nabi Sulaiman dan berkata: “Aku
telah terbang untuk mengintip dan terjumpa suatu yang sangat penting
untuk diketahui oleh tuan…”. Itulah sepenggal kisah sulaeman
berinteraksi dengan hewan (burung hud-hud). Untuk selengkapnya, silakan
simak kisah nabi sulaeman as di bawah ini :
Biografi Nabi Sulaiman
Sulaiman (sekitar 975-935 SM)
merupakan anak Nabi Daud Sejak kecil lagi baginda telah menunjukkan
kecerdasan dan ketajaman pikirannya. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun
970 SM. Namanya disebutkan sebanyak 27 kali di dalam Al-Quran. Ia wafat
di Rahbaam, Baitul Maqdis-Palestina.
Allah SWT mengangkatnya sebagai
nabi dan rasul. Setelah Sulaiman cukup umur dan ayahandanya wafat,
Sulaiman diangkat menjadi raja di kerajaan Israil. Ia berkuasa tak hanya
atas manusia, namun juga atas binatang dan makhluk halus seperti jin
dan lain-lain. Baginda dapat memahami bahasa semua binatang
Istana Nabi Sulaiman sangat
indah. Dibangun dengan gotong royong manusia, binatang, dan jin.
Dindingnya terbuat dari batu pualam, tiang dan pintunya dari emas dan
tembaga, atapnya dari perak, hiasan dan ukirannya dari mutiara dan
intan, berlian, pasir di taman ditaburi mutiara, dan sebagainya.
Nabi Sulaeman Berinteraksi dengan Jin dan Hewan
Nabi Sulaiman dianugerahkan
Allah kebijaksanaan sejak remaja. Ia juga memiliki berbagai
keistimewaan, termasuk mampu berbicara, memahami dan bahasa hewan
sehingga semua makhluk itu mengikuti kehendaknya.
Allah berfirman: “Dan
sesungguhnya Kami telah memberikan ilmu kepada Daud dan Sulaiman dan
keduanya mengucapkan; segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dan
banyak hambanya yang beriman. Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia
berkata; Wahai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara
burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya semua ini
benar-benar satu anugerah yang nyata.”
Ia juga dapat menundukkan jin
dan angin, sehingga dapat disuruh melakukan apa saja, termasuk
mendapatkan tembaga cair yang selalu keluar dari perut bumi untuk
dijadikan perkakasan, bangunan istana, benteng, piring-piring besar dan
tungku-tungku.
Firman Allah bermaksud: “Dan
Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman yang perjalanannya pada waktu
petang, sama dengan perjalanan sebulan dan Kami alirkan cairan tembaga
baginya. Dan sebahagian daripada jin ada yang bekerja di hadapannya (di
bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang
antara mereka daripada perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka
yang apinya menyala-nyala.”
Kebijaksanaan Nabi Sulaeman
Kebijaksanaan Sulaiman dapat
dilihat melalui berbagai peristiwa yang dilaluinya. Misalnya, beliau
coba mengetengahkan ide kepada bapaknya, Nabi Daud a.s bagi
menyelesaikan perselisihan antara dua pihak, yaitu antara pemilik kebun
dan pemilik kambing.
Walaupun ketika itu usianya
masih muda, pendapatnya bernas. Mulanya Nabi Daud memutuskan pemilik
kambing supaya menyerahkan ternaknya kepada pemilik kebun sebagai ganti
rugi disebabkan ternaknya memasuki dan merusakkan kebun itu. Sulaiman
yang mendengar keputusan bapaknya menyelanya: “Wahai bapakku, menurut
pandanganku, keputusan itu sepatutnya berbunyi; kepada pemilik tanaman
yang telah musnah tanaman diserahkanlah kambingnya untuk dipelihara,
diambil hasilnya dan dimanfaatkan bagi keperluannya. “Manakala
tanamannya yang binasa itu diserahkan kepada pemilik kambing untuk
dijaga sehingga kembali kepada keadaan asal. Kemudian masing-masing
menerima kembali miliknya, sehingga dengan cara demikian masing-masing
pihak tidak ada yang mendapat keuntungan atau menderita kerugian lebih
daripada sepatutnya.” Pendapat yang dikemukakan Sulaiman disetujui kedua
pihak. Malah khalayak ramai yang menyaksikan perbicaraan itu kagum
dengan kebolehan beliau menyelesaikan perselisihan terbabit.
Nabi Sulaeman Naik Tahta
Bertitik tolak daripada
peristiwa itu, kewibawaan Sulaiman semakin tersebar dan ia juga sebagai
bibit permulaan kenabian Sulaiman. Melihat kecerdasan akal yang
ditonjolkannya itu, Nabi Daud menaruh kepercayaan dengan
mempersiapkannya sebagai pengganti dalam kerajaan Bani Israel. Namun,
abangnya Absyalum tidak merelakan beliau melangkah lebih jauh dalam
hiraki pemerintahan itu, malah mendakwa dia yang sepatutnya dilantik
sebagai putera mahkota kerana Sulaiman masih muda dan tidak
berpengalaman. Absyalum mau mendapatkan tahta itu dari bapak dan
adiknya. Justru, dia mulai menunjukkan sikap baik terhadap rakyat,
dengan segala masalah mereka ditangani sendiri dengan segera, membuatkan
pengaruhnya semakin meluas.
Sampai satu ketika, Absyalum
mengistiharkan dirinya sebagai raja, sekaligus merampas kekuasaan
bapaknya sendiri. Tindakannya itu mengakibatkan huru-hara di kalangan
Bani Israel. Melihatkan keadaan itu, Nabi Daud keluar dari Baitul
Maqdis, menyeberangi Sungai Jordan menuju ke Bukit Zaitun. Tindakannya
itu semata-mata mau mengelakkan pertumpahan darah, namun Absyalum dengan
angkuh memasuki istana bapanya. Di Bukit Zaitun, Nabi Daud memohon
petunjuk Allah supaya menyelamatkan kerajaan Bailtul Maqdis daripada
dimusnahkan anaknya yang durhaka itu. Allah segera memberi petunjuk
kepada Nabi Daud, yaitu memerangi Absyalum. Namun, sebelum memulai
peperangan itu, Nabi Daud berpesan kepada tentaranya supaya tidak
membunuh anaknya itu, malah jika boleh ditangkap hidup-hidup.
Bagaimanapun, kuasa Allah melebihi segalanya dan ditakdirkan Absyalum
mati juga kerana dia mau bertarung dengan tentara bapaknya.
Kemudian, Nabi Daud kembali ke
Baitul Maqdis dan menghabiskan sisa hidupnya selama 40 tahun di istana
itu sebelum melepaskan takhta kepada Sulaiman. Kewafatan Nabi Daud
memberikan kuasa penuh kepada Nabi Sulaiman untuk memimpin Bani Israel
berpandukan kebijaksanaan yang dianugerah Allah.
Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis
Setelah membangunkan Baitul
Muqaddis, Nabi Sulaiman menuju ke Yaman. Tiba di sana, disuruhnya burung
hud-hud (sejenis pelatuk) mencari sumber air. Tetapi burung berkenaan
tiada ketika dipanggil. Ketiadaan burung hud-hud menimbulkan kemarahan
Sulaiman. Selepas itu burung hud-hud datang kepada Nabi Sulaiman dan
berkata: “Aku telah terbang untuk mengintip dan terjumpa suatu yang
sangat penting untuk diketahui oleh tuan…”
Firman Allah, bermaksud: “Maka
tidak lama kemudian datanglah hud-hud, lalu ia berkata; aku telah
mengetahui sesuatu, yang kamu belum mengetahuinya dan aku bawa kepadamu
dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.
“Sesungguhnya aku menjumpai
seorang wanita yang memerintah mereka dan dia dianugerahi segala sesuatu
serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya
menyembah matahari, selain Allah…”
Mendengar berita itu, Nabi
Sulaiman mengutuskan surat mengandungi nasihat supaya menyembah Allah
kepada Ratu Balqis. Surat itu dibawa burung hud-hud dan diterima sendiri
Ratu Balqis. Selepas dibaca surat itu, Ratu Balqis menghantarkan utusan
bersama hadiah kepada Sulaiman. Dalam al-Quran diceritakan: “Tatkala
utusan itu sampai kepada Nabi Sulaiman, seraya berkata; apakah patut
kamu menolong aku dengan harta?
“Sesungguhnya apa yang diberikan
Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikannya kepadamu,
tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.
“Kembalilah kepada mereka,
sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka
tidak mampu melawannya dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri
itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi tawanan yang tidak
berharga.”
Utusan itu kembali ke negeri
Saba dan menceritakan pengalaman yang dialami di Yaman kepada Ratu
Balqis, sehingga dia berhajat untuk berjumpa sendiri dengan Sulaiman.
Keinginan Ratu Balqis untuk datang itu diketahui Nabi Sulaiman terlebih
dulu. Beliau segera memerintahkan seluruh tentaranya yang terdiri dari
manusia, hewan dan jin untuk membuat persiapan bagi menyambut kedatangan
Ratu Balqis. Nabi Sulaiman kemudian menitahkan untuk memindahkan
singasana Ratu Balqis ke istana beliau.
Surah An-Naml
38. Berkata Sulaiman: “Hai
pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa
singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai
orang-orang yang berserah diri.”
39. Berkata Ifrit (yang cerdik)
dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana
itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku
benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.”
40. Berkatalah seorang yang
mempunyai ilmu dari AI Kitab “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu
sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu
terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku
untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan
nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar,
maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”
41. Dia berkata: “Robahlah
baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal
ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya).”
Manakala Ratu Balqis tiba, ia
ditanya oleh Sulaiman: “Seperti inikah singgahsanamu?” Dengan
terperanjat, Ratu Balqis menjawab: “Seakan-akan singgasana ini
singgasanaku” Kemudian Ratu Balqis dipersilakan masuk ke istana Nabi
Sulaiman. Namun, ketika berjalan di istana itu, sekali lagi Ratu Balqis
terpedaya, karena menyangka lantai istana Sulaiman terbuat dari air,
sehingga ia menyingkap kainnya.
Firman Allah yang bermaksud:
Dikatakan kepadanya; masuklah ke dalam istana. Maka tatkala dia (Ratu
Balqis) melihat lantai istana itu, dikiranya air yang besar dan
disingkapkannya kedua betisnya.
Berkatalah Sulaiman;
“sesungguhnya ia istana licin yang diperbuat daripada kaca”. Berkatalah
Balqis; “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap
diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman dan kepada Allah, Tuhan
semesta alam.”
Peristiwa itu menyebabkan Ratu
Balqis berasa sangat aib dan menyadari kelemahannya, sehingga dia
memohon ampun atas kesilapannya selama ini dan akhirnya dia
diperisterikan oleh Nabi Sulaiman.
Nabi Sulaiman Wafat
Kisah Sulaiman dan tentaranya
yang terdiri daripada manusia, hewan dan jin dalam menjalankan dakwah
Allah terhadap Ratu Balqis. Kematian beliau berlainan dengan manusia
biasa. Nabi Sulaiman wafat dalam keadaan duduk di kerusi, dengan
memegang tongkat sambil mengawasi dan memperhatikan jin yang bekerja.
Firman Allah:
“Tatkala
Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan
kepada mereka setelah kematiannya itu melainkan rayap yang memakan
tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, nyatalah bagi jin itu
bahawa sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan
tetap dalam seksa yang menghinakan.”
Langganan:
Postingan (Atom)